NAPAK TILAS RENGASDENGKLOK

TIDAK ADA PROKLAMASI JIKA TIDAK ADA RENGASDENGKLOK, PERISTIWA INI KEMUDIAN MENJADI CIKAL BAKAL LAHIRNYA KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

NAPAK TILAS RENGASDENGKLOK

SEBUAH KEINGINAN YANG WAJAR DARI BANGSA INDONESIA ADALAH MERDEKA DITANGAN SENDIRI YANG KEMUDIAN MEMBAKAR SEMANGAT PEMUDA DAN PEJUANG PATRIOT KEMERDEKAAN.

NAPAK TILAS RENGASDENGKLOK

PENGAMANAN SOEKARNO - HATTA DARI PENGARUH JEPANG ADALAH PENTING SEHINGGA MEREKA DIBAWA KE RENGASDENGKLOK.

NAPAK TILAS RENGASDENGKLOK

PERDEBATAN YANG SENGIT UNTUK MERUMUSKAN TEKS PROKLAMASI BERAKHIR DENGAN KEBULATAN TEKAD NYARIS DI PROKLAMASIKAN DI RENGASDENGKLOK.

NAPAK TILAS RENGASDENGKLOK

PERJALANAN PERJUANGAN YANG MELELAHKAN MAKA PADA HARI JUM'AT TANGGAL 17 AGUSTUS 1945 SAMPAILAH BANGSA INDONESIA KE PINTU GERBANG KEMERDEKAAN. PROKLAMASI, MERDEKA........!!!. BAGIMU NEGERI, JIWA RAGA KAMI, NKRI HARGA MATI...!!!!






Rabu, 05 Desember 2012

CATATAN SINGKAT PROKLAMASI


Perjuangan bangsa mencapai kemerdekaan, ada pasang dan surutnya, terlebih lagi pengorbanan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pejuang yang terkotak-kotak secara kedaerahan selama kurang lebih empat ratus tahun yang silam. Perjuangan bangsa tak henti dilakukan, disiram dengan darah patriot, dibentengi dengan bambu runcing yang tajam, bahkan dipupuk pula dengan mayat-mayat pahlawan. Tibalah detik-detik kemerdekaan disebuah kota kecil bagian utara kabupaten Karawang. Marilah kita buka kembali catatan sejarah sekitar Proklamasi. 

Tentara jepang tersentak seketika tatkala mendengar Nagasaki dan Hiroshima pada tanggal 06 dan 09 Agustus 1945 dibumihanguskan oleh sekutu. Jepang menyatakan kalah dalam perang sucinya. Keyakinan samurai yang lekat dengan ideologi mereka terguncang untuk mempertahankan keberadaanya di tanah nusantara. Tak lama, di setiap pelosok penjuru persada antara pemuda, pejuang, dan mahasiswa,disana-sini riak perjuangan kemerdekaan dicurahkan disetiap sudut pembicaraan. Di Menteng 31, mereka sering mengadakan kerapatan terutama Soekarni, Wikana, Singgih, dan banyak pula yang lainnya. Suara itu terdengar sampai di Dalat, sebuah kota di Jepang. Sampai sang pelopor kemerdekaan yaitu Soekarno dan Hatta dipanggil menghadap kesana. 

Sebuah pesawat boomber melayang di angkasa sekitar Jakarta. Beribu detak jantung rakyat, menanti hasil dan kesimpulan pertemuan yang akan disampaikan melalui penumpang pesawat yang baru tiba sambil melambaikan tangan.Merekalah Soerkarno-Hatta, tanggal 14 Agustus 1945, pembawa berita hadiah kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang melalui PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
,
Wajah kegembiraan para pemuda, berubah menjadi geram karena hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan keinginan rakyat yang menghendaki kemerdekaan dengan tangan sendiri. Maka tanggal 15 Agustus 1945, grup Menteng 31 menghadap ke kediaman Pegangsaan Timur No. 56. Dicurahkanlah kekesalan dan kekecewaan itu dengan suara lantang dan terbuka. Namun, semuanya diabaikan oleh Ketua PPKI Ir. Soekarno yang merasa tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan secara sendiri. Kekecewaan itu dilanjutkan dirumah Bung Hata. Tetapi tetap kekhawatiran tentang kles fisik dan senjata akan mengorbankan anak-anak bangsa yang tidak berdosa. Pukul 14.00 WIB tanggal 16 Agustus 1945, golongan pemuda yang ngotot untuk mendorong pelopor pejuang untuk membicarakan persiapan proklamasi lebih jauh dan leluasa tanpa kekhawatiran pengaruh Jepang yang masih bercokol. Maka dijemputlah Muhammad Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa serta ke kediaman Bung Karno yang ketika itu beliau pun belum tertidur menjelang makan sahur puasa Ramadan.

Melihat suasana seperti itu, istrinya, Fatmawati pun membawa anak pertamanya yang berumur kurang lebih satu tahun menuju kendaraan Fiat warna putih dengan kelengkapan sederhana menuju Rengasdengklok. Di Kedunggede, dibawah jembatan, rombongan diterima dengan tembakan senjata PETA yang tidak mengetahui misi itu. Hampir saja, kalau Singgih dan Soekarni tidak turun, terjadi hal yang tidak diinginkan. Untuk pengamanan di perjalanan, ditukar kendaraannya dengan menggunakan mobil PETA dan satu mobil gerobak pengangkut tentara PETA.

Pagi sekali matahari pun belum beranjak jauh, penduduk belum banyak pula yang beraktivitas, rombongan sudah memasuki markas PETA Rengasdengklok (Tugu Kebulatan Tekad sekarang). Tidak ada yang tahu, jangankan masyarakat bahkan piket di markas tersebut pun tidak diberitahu. Pukul 09.30 WIB, rumusan proklamasi diperdebatkan dengan sengit antara golongan tua dan golongan muda. Namun akhirnya, dengan pertimbangan keinginan yang kukuh yaitu merdeka ditangan bangsa sendiri menjadikan sebuah senjata yang dapat menembus kesadaran pemimpin besar beserta golongan tua lainnya bahwa kebulatan tekad proklamasi dapat disepakati.

Dengan mengucap syahadat, Bung Karno menulis di atas secarik kertas rumusan teks proklamasi dengan terlebih dahulu memandang kepada Bung Hatta di sebelahnya. Seketika teriak “merdeka” dipekikkan oleh peserta kerapatan yang gaungnya kemudian mendorong semangat pemuda dan rakyat Rengasdengklok untuk menurunkan bendera Jepang dan kemudian mengibarkan sang saka merah putih yang dijahit oleh tangan Ibu Fatmawati ketika ada waktu sisa menina-bobokan Guruh yang rewel dan nangis-nangisan kehabisan susunya. Sementara itu, Bung Karno, Bung Hatta, beserta Fatmawati dan Guruh dipindahkan untuk beristirahat oleh pemuda PETA bersenjata lengkap yang setengah memaksa meminjam rumah seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Song yang tidak tahu-menahu keberadaan rombongan itu.

Bung Masrin, Sulaeman, Suharyana dan kawan-kawan beserta Hadi Pranoto, camat yang difungsikan menggantikan Wedana (Perwakilan Bupati yang membawahi beberapa kecamatan) yang berpihak kepada Jepang, dialah Abdurahman, di halaman pendopo kecamatan Rengasdengklok untuk pertama kalinya upacara kemerdekaan yang sederhana tanpa protokoler dilaksanakan dengan penuh hidmat, dengan tetesan air mata yang mengharukan.

Bunyamin camat Batujaya yang secara kebetulan lewat ke Rengasdengklok ikut pula menyebarkan berita ini sampai ke pelosok daerah. Pukul 15.30 WIB, nyaris proklamasi itu dibacakan di Rengasdengklok pada tanggal 17 Agustus 1945 andai saja Ahmad Soebardjo, Yusuf Kunto, dan sekretarisnya Soediro tidak datang ke Rengasdengklok menjemput rombongan kembali ke Jakarta. Namun, peserta kerapatan tidak membiarkannya kecuali setelah Ahmad Soebardjo bersumpah siap dipenggal kepalanya jika proklamasi tidak dikumandangkan di Jakarta tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah buka puasa bersama dan beramah tamah, malam itu juga rombongan kembali ke Jakarta dan singgah di rumah Laksamana Tadashi Maeda seorang Pembesar Jepang yang berpihak kepada perjuangan bangsa untuk merevisi teks proklamasi.

Menjelang sahur, Sayuti Melik dengan tangannya mengetik teks proklamasi dengan hati-hati yang kemudian ditanda tangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Sebelum membubarkan diri, rombongan berkumpul mendengarkan maklumat yang disampaikan oleh Bung Karno tentang undangan hadir pada saat pembacaan teks proklamasi di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Pukul 09.30 WIB tanggal 17 Agustus 1945, Bung Hatta dengan berpakaian putih-putih tiba di kediaman Bung Karno yang saat itu masih terbaring karena terjangkit malaria. Melihat Bung Hatta yang penuh semangat, Bung Karno serentak berpakaian rapih dengan warna yang sama.

Pukul 10.00 WIB, diawali pidato pembukaan, suara Bung Karno menyala-nyala menyatakan bahwa kemerdekaan ditangan rakyat sendiri adalah sebuah kebanggaan perjuangan tanah air Indonesia. Dengan sangat sederhana, teks proklamasi pun dikumandangkan dengan suara yang lantang.

Abdul Latief mengibarkan sang saka merah putih diatas tiang bambu diringi dengan suara hadirin yang tidak banyak namun suaranya terdengar seantero dunia seketika itu pula, serempak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Merdeka……. merdeka……. merdeka.


Penyusun : 
Yayasan Sangga Buana : 
1. Suherman, S.Pd.
2. Drs. Obar Sobarna.
3. Sukarman, MD.
4. Drs. Oop Supriatna.
5. Supriadi, S.Pd.I.
6. Nurhasan, S.Pd.
7. Didin Wahidin Masrin.

Selasa, 04 Desember 2012

TEKS PROKLAMASI


Saudara-saudara sekalian! Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting. Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun! Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami. Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. 

Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri. Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan. Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan. Saudara-saudara: Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan proklamasi kami: 

PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA. 

DJAKARTA, 17 Agustus 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA SUKARNO-HATTA

Jadi, Saudara-saudara! Kita sekarang sudah bebas! Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini..!

LATAR BELAKANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.

Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda, antara lain : Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Rabu tanggal 16 Agustus 1945, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok)

Senin, 03 Desember 2012

MONUMEN RENGASDENGKLOK


Pada jaman Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia, Karawang menjadi tempat perjuangan melawan penjajahan Belanda. Masa itu rakyat Karawang berjuang mempertahakan Tanah Air. 


Berdasarkan peristiwa tersebut seorang penyair terkenal bernama Chairil Anwar melukiskan sejarah ini dalam puisinya berjudul "Antara Karawang dan Bekasi".

Berdasarkan catatan sejarah, tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh para pemuda ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada hari itu juga. 

Akhirnya di sebuah rumah milik warga Tionghoa bernama Djiau Kie Song tepatnya di Kampung Bojong, Rengasdengklok Bung Karno dan Bung Hatta mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 yang besok harinya tanggal 17 Agustus 1945 di Proklamasikan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1), Jakarta Timur oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Dengan demikian Kabupaten Karawang dikenal sebagai "Kota Pangkal Perjuangan" sebagai bukti sejarah di tempat tersebut dibangun Monumen Rengasdengklok dan Monumen kebulatan tekad untuk memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Perjuangan pahlawan bangsa tak henti dilakukan, disiram dengan darah patriot, dibentengi dengan bambu runcing yang tajam, bahkan dipupuk pula dengan mayat-mayat pahlawan. Yang akhirnya sampai tibalah detik-detik kemerdekaan disebuah kota kecil bagian utara kabupaten Karawang. 

Sabtu, 01 Desember 2012

VISI DAN MISI KABUPATEN KARAWANG




Visi dan Misi Karawang 2010-2015


VISI KABUPATEN KARAWANG


"Karawang Sejahtera Berbasis Pembangunan Berkeadilan
Dilandasi Iman dan Taqwa".
Visi ini mengandung makna mendalam, dimana kata Sejahtera berarti terpenuhinya kebutuhan dasar secara lahir bathin melalui bentuk-bentuk pelayanan yang baik dan menyeluruh. Dengan demikian masyarakat memperoleh akses atas kebutuhan hidup, sehingga mampu melangsungkan kehidupan individu maupun kemasyarakatan secara layak, serta mampu menghadapi kondisi akibat perubahan global.
Kata Pembangunan Berkeadilan mengandung arti bahwa pelaksanaan pembangunan di seluruh sektor secara prioritas, proporsional dan selaras dengan menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hal ini dilakukan melalui pengembangan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan, sinergitas dan keterlibatan partisipasi sektor swasta dan masyarakat.
Sedangkan kata Iman dan Taqwa merupakan landasan pembangunan, yang berada dalam koridor tuntutan kebenaran hakiki dalam mewujudkan masyarakat yang menjalankan ajaran agama yang diyakini. Hal ini dilakukan melalui pembangunan yang berkualitas dan budaya agamis dalam kehidupan sehari-hari, serta mewujudkan kerukunan antar dan intern umat beragama, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing.

MISI KABUPATEN KARAWANG

Misi Pertama adalah Meningkatkan Kualitas Pelayanan Sosial.
Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan misi ini antara lain adalah:
  1. Peningkatan aksesibilitas dan mutu pelayanan pendidikan, melalui pemenuhan daya tampung kelas dengan rasio 1:40, anggaran pendidikan 20%, peningkatan mutu lulusan, dan peningkatan kompetensi serta kesejahteraan tenaga pendidik; 
  2. Peningkatan aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan, melalui penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), penanganan gizi buruk, penurunan angka pesakitan, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan dan tenaga terlatih, serta upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat;
  3. Penanggulangan kemiskinan dan pelayanan rehabilitasi masalah kesejahteraan sosial, melalui penurunan angka kemiskinan, peningkatan pelayanan dan rehabilitasi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang meliputi para wanita rawan sosial/ekonomi, anak jalanan, usia lanjut terlantar, penyandang cacat, tuna susila, dan pengemis; 
  4. Peningkatan kualitas hidup serta perlindungan anak dan perempuan, melalui upaya peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan, keterampilan anak dan perempuan, serta upaya menurunkan jumlah tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perdagangan manusia (trafficking), serta perlindungan terhadap buruh migran; serta 
  5. Fasilitasi pengembangan kegiatan sosial keagamaan, melalui upaya peningkatan jumlah dan kualitas tempat peribadatan, kegiatan keagamaan, serta kerukunan inter dan antar umat beragama.

Misi Kedua adalah Penguatan Ekonomi Daerah.
Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan misi ini antara lain adalah:
  1. Pengembangan Agribisnis (Pertanian, Kelautan, dan Perikanan), melalui penyediaan sentra produk unggulan dengan mengembangkan keterkaitan produk antar wilayah melalui kegiatan usaha tani, pengolahan, dan pemasaran, serta pengembangan kegiatan usaha perikanan dan kelautan dengan menggunakan konsep minapolitan; 
  2. Peningkatan produk unggulan daerah, melalui penyediaan kawasan ekonomi produksi; 
  3. Pengembangan pola pembiayaan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), melalui pengembangan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan dan berkelanjutan, pengembangan manajemen oengelolaan lembaga keuangan mikro, salah satu modelnya adalah dengan reflikasi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM Perdesaan; 
  4. Peningkatan kesempatan kerja, melalui pembukaan peluang kerja formak dan informal melalui peningkatan bursa kerja dan peningkatan jumlah lembaga ekonomi informal (IKM); 
  5. Pengembangan industri kecil menengah, melalui penerapan model bapak asuh dan kemitraan usaha; serta 
  6. Pengembangan pariwisata daerah, melalui kegiatan promosi wisata unggulan daerah.

Misi Ketiga adalah Meningkatkan Pelayanan Ketersediaan Infrastruktur Wilayah.
Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan misi ini antara lain adalah:
  1. Peningkatan jalan dan jembatan, peningkatan kondisi kemantapan jaringan jalan/jembatan melalui pembangunan/rehabilitasi jalan dan jembatan, yang berdasarkan hasil pemetaan jaringan jalan dan jembatan; 
  2. Pengelolaan jaringan irigasi, melalui pengelolaan secara partisipatif dan koordinasi dengan pemerintah pusat dan propinsi; 
  3. Pembangunan/pemeliharaan drainase/gorong-gorong dan saluran pembuang, melalui kegiatan pengerukan secara rutin; 
  4. Penataan pemukimam, melalui penataan jalan lingkungan dan penataan lingkungan pemukiman rumah layak huni; 
  5. Pelayanan penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, melalui upaya penyediaan saranan air bersih bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pembangunan MCK, serta sumur rembesan; 
  6. Pelayanan dan pengolahan persampahan, melalui optimalisasi pelayanan persampahan di TPA Leuwisisir dan Jalupang, pengembangan TPS di wilayah potensial seperti perumahan, kawasan industri, dan pasar, serta pengelolaan sampah perdesaan; 
  7. pengembangan infrastruktur perdesaan, melalui pembangunan ruang public, seperti sarana olahraga multifungsi; serta 
  8. Pelayanan sarana prasarana fasilitas perhubungan, melali pengembangan terminal berdasarkan fungsi pelayanan transportasi, regulasi trayek, penyediaan dan pemenuhan rambu dan marka jalan, serta sub terminal (feeder).

Misi Keempat adalah Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan.
Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan misi ini antara lain adalah:
  1. Peningkatan manajemen pemerintahan dan pelayanan administrasi publik, melalui peningkatan manajemen pemerintahan dan otonomi daerah, perbaikan struktur kelembagaan, penataan kewenangan organisasi perangkat daerah, penyusunan kebijakan perencanaan, pengendalian, evaluasi, koordinasi, dan penyediaan basis data pembangunan daerah, pengembangan instrument kerja, peningkatan kesejahteraan pegawai, pengembangan kompetensi dan sistem karir pegawai, pemantapan koordinasi antar tingkat pemerintahan, pelayanan perizinan terpadu satu pintu, dan penataan administrasi kependudukan; 
  2. Pelayanan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan asset daerah; melalui optimalisasi pendapatan daerah, pengembangan sistem akuntansi keuangan daerah, pelayanan pengadaan barang dan jasa terpadu, serta penertiban pengelolaan asset daerah; serta 
  3. Fasilitasi pemantapan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa, melalui penyempurnaan regulasi, peningkatan sarana dan prasarana pemerintahan desa, penguatan pembiayaan pemerintahan desa melalui peningkatan bantuan keuangan kepada desa, pengembangan potensi sumber pendapatan desa, dan peningkatan pemberdayaan masyarakat, dan penataan kelembagaan desa.

Misi Kelima adalah Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup.
Upaya yang dilakukan guna melaksanakan misi tersebut antara lain adalah:
  1. Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, melalui penangan limbah cair, padat, dan polusi udara, serta pembentukan dan penegakkan regulasi lingkungan hidup; serta 
  2. Rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, melalui peningkatan uji lingkungan melalui pembangunan laboratorium pengujian lingkungan dan peningkatan kualitas teknis aparatur lingkungan hidup, serta rehabilitasi dan konservasu sumber daya alam dan lingkungan melalui rehabilitasi hutan mangrove, daerah aliran sungai, lahan kritis, dan pembangunan embung-embung dan sumur serapan.

Sumber : http://www.karawangkab.go.id/en/pemerintahan/visi-dan-misi.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...